Jakarta – CEO Tokopedia William Tanuwijaya merespons positif keputusan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membatalkan pajak e-commerce. Kebijakan ini menunjukkan pemerintah mendengar masukan industri.
“Tentunya apresiasi sekali bahwa pemerintah selalu dengarkan saran dan masukan pemain industri. Dengan ada penarikan ini akan ada ruang dan waktu untuk industri, asosiasi dan pemerintah dan semua stakeholder untuk mengkaji pendekatan terbaik seperti apa,” ujar William saat ditemui di sela-sela acara Thinkubator, di Gedung Transmedia, Jakarta, Jumat (29/3/2019).
Meski demikian, William mengatakan ada asumsi tidak tepat bahwa pengguna platform e-commerce tidak bayar pajak. Dia bilang hal tersebut mesti diluruskan/
Padahal menurutnya, semua platform online selama ini pun membayar pajak. Ada pula merchant alias pedagang pada platform online yang menurut William juga tetap membayar pajak.
“Sebenarnya banyak salah paham asumsi pemain online tidak bayar pajak, asumsi yang salah itu harus diluruskan selama ini platform online bayar pajak kok. Harusnya tidak ada asumsi seperti itu, yang platform besar itu kan memang memperkerjakan banyak karyawan pasti bayar pajak,” terang William.
“Demikian juga merchant yang bergabung, semua syarat dan ketentuan pasti mewajibkan mereka juga bayar pajak,” sambungnya.
Dia menambahkan harapannya pendapatan negara meningkat sehingga bisa membiayai kebijakan yang mendukung perkembangan e-commerce di tanah air, contohnya pembangunan infrastruktur.
“Tentu kami harapkan agar pendapatan negara terus meningkat, dengan pendapatan meningkat infrastruktur bisa dibangun, logistik lebih cepat maka pemain online pun makin nyaman,” kata William.
Fitur anyar Tokopedia
William juga menjelaskan fitur Tokopedia terbaru berupa Smart House dan Smart Logistic dalam menunjang kemudahan bertransaksi, terutama bagi para pedagang dari luar Jawa. Dengan teknologi tersebut pedagang e-commerce di luar Pulau Jawa bisa mengirim produk lebih cepat kepada pembeli di Jawa.
William menyebutnya teknologi sebagai fitur buka cabang.
“Nah dengan begini semua masyarakat Indonesia bisa punya cabang di manapun dengan harga murah tanpa buka toko dan lain-lain. Dia bisa menjangkau ke seluruh Indonesia dan bisa kirim barang di hari itu juga,” ungkap William.
William mencontohkan misalnya ada produk di Aceh harganya murah namun ongkos kirimnya apabila pembeli di Jakarta bisa lebih mahal dari harga produknya, namun lewat fitur Smart House dan Smart Logistic transaksi akan lebih mudah dan memangkas ongkos kirim.
“Misalnya kita contohkan ada produk kripik pisang di Aceh produk bagus harga Rp 12 ribu, kita cek di aplikasi bintang lima. Mau kita coba beli di Jakarta, tapi ongkos kirimnya lebih besar dari harga kripiknya, tentu kita nggak mau beli,” jelas William.
sumber : finance.detik.com